09 Januari 2009

Tata Cara Pembuatan Kompos Cair

Dalam pengolahan kompos ini, peran masyarakat cukup tinggi. Karena budaya ini lebih efektif bila dimulai dari rumah sendiri, yaiu menumbuhkan kebiasaan untuk memisahkan sampah kering (non-organik) dan sampah basah (organik). Kenapa harus dipisahkan? karena kedua sampah tersebut pemanfaatannya berbeda, yakni : sampah kering bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang, sedangkan sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos dan pupuk cair. Pupuk yang dihasilkan dari sampah organik ini biasa disebut dengan pupuk organik. Selain menyehatkan lingkungan, keunggulan lain dari pupuk organik ini adalah dapat membantu revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya usaha tani, serta meningkatkan kualitas produk.

Pada dasarnya, sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos.

Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengomposan dengan menggunakan komposter, adalah sebagai berikut :

1. Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging segar agar terpisah dari sampah. Sampah berupa plastik, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus dipisahkan agar prosesnya berjalan cepat.

2. Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang terapung juga semakin banyak.

3. Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan.

Tata cara penggunaannya sebagai berikut, Pertama, siapkan sprayer ukuran 1 liter. Kedua, isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuannya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca. Ketiga, tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca. Dan, Keempat, kocok-kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.

4. Setelah sampahnya terkumpul dan dirajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.

5. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi (air sampah) atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dilakukan setiap 1-2 hari sekali.

Teknik pembuatan kompos cair ini diungkapkan Sukamto Hadisuwito dalam buku Membuat Pupuk Kompos Cair yang diterbitkan oleh AgroMedia Pustaka. Buku ini berisi tentang tip mengolah sampah di rumah sendiri, jenis-jenis pupuk organik padat dan cair, manfaat pupuk organik cair, serta aplikasi pupuk cair pada tanaman.

Terimakasih, dan selamat mencoba……

PENGEMUKAN SAPI POTONG SISTEM KEREMAN

Keluaran Teknologi dan metoda pengemukan sapi Bahan dan Alat Bahan : Sapi bakalan, hijauan segar, makanan penguat, konsentrat, vitamin, air minum dan obat-obatan Alat : Timbangan, takaran, ember, sabit, cangkul, karung plastik, dll. Pedoman Teknis Penggemukan pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi genetik untuk tumbuh dan menyimpan lemak tubuh dalam jangka waktu maksimal 6 bulan. Sistem kereman adalah pemeliharaan di kandang dengan diberi pakan dasar hijauan (rumput dan leguminosa), dan pakan tambahan (konsentrat). Jumlah pakan tambahan minimal 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 14 - 16 %. a. Sapi bakalan Umur sapi yang akan digemukkan adalah sapi jantan muda atau dewasa, kurus dan sehat. Bobot badan sapi minimal 200 kg, dengan umur kurang antara 1-1,5 tahun b. Pakan tambahan (konsentrat) Untuk mendapatkan pertambahan sapi dengan cepat maka perlu diimbangi dengan penambahan makanan penguat, yang mudah didapat, antara lain dengan batas penggunaan dalam ransum (9/100 gram) dedak padi/katul 60, batang sagu (hati sagu) 6, bungkil kelapa 30, tepung ikan 3, garam dapur 0,5 dan mixed mineral 0,5. c. Perkandangan Kandang ternak harus berjarak 10 - 20 m dari rumah atau sumber air. Ukuran kandang per ekor adalah : lebar 125 cm dan panjang 2 m, lantai kandang usahakan dengan alas semen dan tidak becek/kotor. Tempat makan, minum dan garam harus mudah terjangkau oleh ternak. Kotoran ternak harus dibersihkan setiap hari dan buatkan penampungan kotoran untuk kompos yang terpisah dari kandang.

AMONISASI JERAMI PADI UNTUK PAKAN KELUARAN

Jerami padi dengan kecernaan lebih baik BAHAN DAN ALAT Bahan : jerami padi, urea, molases Alat : timbangan, plastik, ember, skop, cangkul, sendok dan alat penyiram PEDOMAN TEKNIS Perlakuan amonisi jerami padi : - 4 kg urea - 100 kg bahan kering jerami padi Cara perlakuan : - Urea (4 kg) dicampur dengan air 100 liter - Kemudian jerami padi disiram air larutan urea hingga merata lapis perlapis - Kemudian tutup dengan plastik, hingga kedap udara - Diamkan selama 1-2 minggu untuk proses amonisi Proses amonisi dapat dilakukan di dalam tempat khusus misalnya drum bekas atau di tempat lainnya, yang ditutup dengan plastik kedap udara. Proses amonisi bila sempurna ditandai tekstur jerami relatif lebih mudah putus, berwarna kuning tua atau coklat dan bau monia. Untuk mengurangi bau amonia, jerami harus dianginkan selama 1-2 jam sebelum diberikan pada ternak.

Di Desa Mondoretno Sekarang ada pengembangan PENGEMUKAN SAPI juda loh

Studi Pemahaman Desa Miskin di Temanggung

Tujuan:• mengidentifikasi potensi, kendala, dan masalah serta peluang pengembangan lahan marginal di lokasi PFI3P Kabupaten Temanggung.
• mengetahui penguasaan asset produktif dan faktor pendukungnya,
• mengetahui faktor penghambat usahatani dan analisis pemecahannya, dan
• merancang pola usahatani rumahtangga petani sesuai dengan sumberdaya yang dikuasai, sebagai bahan untuk menyusun program penelitian dan pengkajian serta pengembangan lahan marginal.


Studi dilakukan di 12 desa. Partisipan terdiri dari penyuluh, petani, pedagang hasil pertanian, pengurus Komite Investasi Desa (KID), aparat desa, dan staf dinas lingkup pertanian yang terkait. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi: karakter biofisik, sistem usahatani, sosial ekonomi, potensi dan permasalahan yang ada di lokasi studi.

Berdasarkan bentuk topografi, sistem usahatani dominan dan ketersediaan air untuk usahatani serta ketinggian tempat lokasi studi dibedakan menjadi 3 tipologi yaitu: 1). Topografi landai sampai agak miring, didominasi oleh usahatani padi dan tembakau serta didukung oleh ketersediaan air yang memadai dengan ketinggian tempat berkisar antara 550-700 m.dpl. 2). Topografi agak miring sampai bergelombang yang didominasi oleh usahatani tembakau, jagung, dan ketela pohonserta tanaman tahunan seperti kopi, pisang, aren, cengkeh, sengon, suren, pete, kelapa, durian, dan rumput gajah dengan ketinggian tempat berkisar antara 680-880 m.dpl. 3). Topografi miring dan semakin ke hulu semakin berbukit yang didominasi oleh usahatani sayuran, terutamaa kentang dan tembakau dengan ketinggian1600-1800 m.dpl. Potensi komoditas dominan pada tipologi 1 meliputi: padi, jagung dan sayuran.

Adanya potensi sumber air untuk keperluan irigasi dapat memberikan peluang untuk meningkatkan intensitas pertanaman. Potensi yang dapat ditingkatkan pada tipologi 2 antara lain jagung, kopi, durian, pisang, dan jahe serta ubi kayu. Sedangkan potensi tipologi 3 yang berpeluang untuk terus dikembangkan adalah kentang. Jenis ternak yang dipelihara pada setiap tipologi relatif sama, yaitu sapi, domba, ayam buras dan entog. Jenis ternak yang potensi produksinya masih dapat ditingkatkan terutama adalah domba dan ayam buras. Peningkatan produktivitas domba dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas bibit dan kualitas pakan. Peningkatan produktivitas ayam buras dapat dilakukan melalui perbaikan perkawinan, sistem penetasan dan pemeliharaan sampai siap dipasarkan.

Kelembagaan pendukung usahatani yang berkembang adalah gotong royong pengolahan lahan, tanam dan panen. Keberadaan kelembagaan ini dapat menekan biaya tunai untuk upah tenaga kerja dan mempercepat proses pengolahan lahan sehingga tanam dapat tepat waktu. Selain itu juga terdapat kelembagaan kelompok tani yang relatif belum berperan dalam pengembangan usahatani karena koordinasi dan manajemen kelompok belum kondusif.

Pada ketiga tipologi, permasalahan dan akar penyebab masalah dalam usahatani tembakau adalah sama yaitu masalah harga jual yang berpengaruh terhadap pendapatan petani. Selain usahatani tembakau, pada ketiga tipologi memiliki permasalahan dan akar penyebab yang secara spesifik berbeda. Perbedaan permasalahan dan akar penyebabnya sangat dipengaruhi oleh komoditas tanaman yang dominan serta ketinggian tempat. Pada tipologi 3 permasalahan dan penyebab akar masalah berbeda bila dibandingkan tipologi 1 terutama dalam masalah sumber air dan transportasi angkutan.

Permasalahan transportasi angkutan dan prasarana jalan berdampak pada biaya yang dikeluarkan untuk membawa hasil pertanian relatif tinggi. Permasalahan lain yang dijumpai untuk usahatani tanaman adalah manajemen dan teknologi perbenihan, pemupukan, hama dan penyakit serta kelembagaan. Sedangkan pada usaha ternak permasalahan yang dijumpai adalah ketersediaan bibit dan pakan serta teknik pemeliharaan. Pada tipologi 2 dan 3 adalah kesuburan tanah yang relatif rendah dan erosi.

Untuk mengatasi permasalahan yang ada sebaiknya ada integrasi aktivitas antar komponen proyek. Sebagai contoh adalah adanya kegiatan perbaikan pada komponen 1 ([emberdayaan petani untuk mengembangkan inovasi produksi dan agribisnis) akan didukung oleh kegiatan inovasi teknologi dan diseminasi yang ada pada komponen 3 (inovasi teknologi pertanian dan diseminasi). Kegiatan pada TA. 2004 studi pemahaman desa miskin secara partisipatif di Kabupaten Temanggung baru pada tahapan apresiasi. Pada apresiasi tersebut disepakati pelaksanaan studi akan dilaksanakan pada lokasi yang mewakili tipologi lahan dataran tinggi dan dataran medium. Dataran tinggi maupun dataran medium yang dipilih didasarkan pada perbedaan komoditas unggulan dan sarana / prasarana pendukung usahatani.

OASE....Ku !

Pic Oase: KrisJHON, Ardi, Kenceng

Pic Oase : Lembux, Prahma, Andiek's. Kembuk's, Pak POER

OASE

( Organisasi Anak Semondo )

Kata OASE tidaklah asing bagi kita , merupakan sumber mata air ditengah padang pasir , dimana domba dan manusia bisa memanfaatkan untuk sumber kehidupan, OASE disini adalah Organisasi Kepemudaan Dusun Semondo , dimana Misi dan Visi dari Oase sendiri adalah : memberikan kontribusi bagi pembangunan desa Menuju masyarakat yang sejahtera .

OASE di motori oleh Seorang Pemuda Pelopor MAS PAWIT WALSIDI ( KEMBUK) adalah sebagai ketua Pemuda , dimana banyak program yang telah dicanangkan, salah satunya adalah membuat pemikiran yang kedepan dalam perubahan di Desa Mondoretno.