17 Mei 2009

Artikel dari Milist Temanggungan ( Masalah PERSAPIAN)

Ternak penggemukan sapi pedaging cocok untuk daerah Temanggung yang
dingin, karena disamping cuaca yang mendukung, makanan pokok berupa
rumput cukup banyak meskipun sekarang ini juga dikembangkan makanan
sapi berupa pelet, bren ataupun makanan lainnya. Petani Temanggung
juga masih memelihara sapi disamping untuk menabung juga memerlukan
pupuk kotoran sapinya untuk pertanian mereka. Harga daging sapi yang
relatif tinggi membuat petani bergairah beternak sapi. Namun tetap
harus diingat bahwa beternak sapi di daerah pertanian produktif
seperti Temanggung hanya cocok untuk petani bermodal kecil bukan oleh
peternak besar seperti di padang sabana NTT. Karena di daerah
produktif akan terjadi kompetisi antara tanah untuk tanaman pangan dan
tanah untuk rumput pakan ternak. Pasti yang kedua akan kalah. Jadi
hanya cocok untuk peternak klas petani satu, dua atau tiga ekor saja.
Untuk skala besar tidak akan sukses (lihat pengalaman PT. Nandi Amerta
Agung Salatiga akhir 1980-1990 an, yang gagal total.) Perhitungan saya
waktu itu lahan rumput 1 hektar hanya mampu untuk beternak sapi
maksimum 15 ekor saja.

Pertanyaan kedua: Dibutuhkan peran Pemerintah dalam bisnis sapi:

Dalam rantai industry persapian ada pembibitan, ada penggemukan dan
ada distribusi sapi, karkas/daging. Saya hanya melihat di
pembibitannya saja.

Sapi bunting dalam 11 bulan dan membutuhkan waktu paling tidak 5-6
bulan menyusui sebelum sapi di sapih/petot untuk dibesarkan sendiri.
Petani memerlukan bibit anak sapi setelah anak sapi disapih untuk
dibesarkan selama 1 tahun. Biasanya petani akan membeli setelah masa
panen selesai dan menjualnya lagi pada menjelang lebaran atau hari
raya Qurban. Perhitungannya tidak sesederhana ini karena usia sapi
potong yang baik yaitu pada usia 2 tahunan. Sedangkan petani khan
modalnya cekak dan membutuhkan uang juga. Banyak juga petani yang
hanya mengambil waktu 3 bulan sebelum hari lebaran haji. Dia beli sapi
yang umurnya 2 tahunan kurus dan tinggal digemukkan saja. Dalam
pikiran saya ada dua kelompok petani disini. Yang satu mengambil umur
6 bulan dipelihara sampai menjelang 2 tahun dan kedua mengambil sapi
kurus umur menjelang 2 tahun dan dipelihara 3 bulan aja.

Kelompok petani yang lain adalah petani pembibit, yaitu memelihara
indukan dan dikawinkan dengan teknik IB. Anaknya dipelihara hanya
sampai umur 6 bulan saja.

Persoalannya: Jumlah anak sapi yang dihasilkan saat ini masih kurang
sehingga tidak mencukupi kebutuhan para petani penggemukan. Kekurangan
ini dipicu oleh: berkurangnya indukan karena sapi betina juga menjadi
sapi potong (harusnya dikontrol), lamanya melakukan pembibitan (11
bulan), mahalnya harga bibit sapi betina. menurunnya jumlah lahan
pertanian dll.dll.

Oleh karena itu maka sebaiknya sisi pembibitan anak sapi ini diambil
oleh pemerintah saja. Pemerintah menjual anak sapi usia 6 bulan kepada
petani. Pemerintah tidak usah ikut dalam program penggemukannya karena
biaya lebih mahal dan managementnya lebih komplek.

Perlunya menjual sistem lelang:
lelang terbuka adalah mekanisme pasar yang paling adil. Artinya nilai
tukar anak sapi itu ditentukan oleh pasar yang fair. Dengan assumsi
peserta lelang bukanlah para mafia yang sudah bekerja sama dengan
oknum balai lelang lho. Keuntungannya lelang terbuka adalah
memperkecil praktek korupsi pelaku pembibitan (pusat pembibitan)
karena tidak terjadi pesanan khusus, pengaturan harga, dll. Jadi
pelepasan anak sapi keluar hanya melalui pintu lelang yang resmi.
Selain lewat lelang itu tidak boleh ada sapi keluar kandang untuk
dijual.

Keuntungan bagi petani adalah dapat membeli anak sapi dengan kualitas
unggul harga relatif murah.

Lha kalau dengan modal 2 milyar, bisa tidak.
Jawaban:
Hitung saja harga indukan sapi sekarang ini sekitar Rp. 10 juta per
ekor, biaya investasi kandang dan peralatan, biaya operasional
pegawai, sewa lahan rumput, dll. khan bisa dihitung akhirnya mau beli
bibit berapa ekor. trus output per tahun berapa ekor, harga jual anak
sapi berapa .. itung-itungan matematika mas. Dinas peternakan pasti
bisa menghitungnya.


Oleh karena kompleksitas bisnisnya, maka pembibitan sapi itu lebih
cocok diambil pemerintah daerah daripada pemerintah daerah ikut main
di penggemukannya. Penggemukannya biarlah ditangani oleh masyarakat.

Tidak ada komentar: